22/03/99

Hasyim Afandi dilantik jadi Bupati Magelang

"Saya akan Gunakan Kata Kunci"
SENIN pagi ini sekitar pukul 10.00 di Pendopo Drh Soepadi Kota Mungkid, Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Magelang, Drs H Hasyim Afandi dilantik menjadi Bupati Magelang 1999-2004, menggantikan H Kardi yang habis masa jabatannya. Rencananya, pelantikan akan dilaksanakan oleh Wakil Gubernur Jateng mewakili Gubernur Mardiyanto yang tengah menunaikan ibadah haji. Acara pelantikan kali ini berlangsung agak istimewa, karena bertepatan dengan HUT Kota Mungkid. Namun yang lebih istimewa lagi, calon kepala daerah yang akan memimpin Magelang dalam kurun waktu 5 tahun ke depan ini, merupakan pilihan rakyat Magelang sendiri, dan dipilih secara demokratis.

Beberapa waktu lalu wartawan Bernas di Magelang, Ch Kurniawati berhasil wawancara dengan Drs H Hasyim Afandi. Berikut petikannya.

Bernas (T): Bagaimana perasaan bapak ketika pertama kali mendengar akan dicalonkan sebagai bupati?
Hasyim (J): Saya ketika pertama kali mendengar dicalonkan menjadi Bupati Magelang, saat diundang ke rumahnya Pak Kiai Abdulrahman Chudori di Pondok Pesantren Tegalrejo. Di sana sudah ada beberapa kiai senior. Mereka menanyakan syarat-syarat menjadi bupati. Setelah mereka tahu saya memenuhi syarat, mereka minta kesediaan saya untuk dicalonkan. Waktu itu terus terang, spontan saya mengatakan; Innalillah. Lho kok Innalillah?, tanya para kiai. Saya jawab, saya belum tentu bisa. Ini amanat berat. Tidak, nanti kita bersama-sama membantu, kata para kiai itu lagi. Setelah mendengar jawaban yang demikian, saya masih minta. Seandainya nanti Allah meridhoi dan saya terpilih, mohon bapak-bapak yang telah senior jangan meninggalkan saya. Para kiai menjawab, insya Allah. Mendengar itu lagi, saya mengucap Alhamdulillah. Alhamdulillah yang saya ucapkan, bukan karena saya, namun para senior berjanji tidak akan meninggalkan saya. Kalau boleh saya menyimpulkan, sebenarnya ini merupakan anugerah bayangan yang berat, tugas yang berat dan bukan merupakan anugerah.

T: Apa yang bapak bayangkan setelah duduk menjadi kepala daerah, di jaman reformasi ini?
J: Saya akan menggunakan kata kunci saya. Yang pertama, saya akan buka komunikasi seluas-luasnya dengan siapa pun. Dengan pers, dengan tokoh, para sesepuh, pemuda, dengan...pokoknya saya akan membuka komunikasi sebanyak-banyaknya yang saya bisa, sesuai dengan kewenangan yang ada, supaya saya bisa mendengar, dan saya bisa menyampaikan. Ada semacam proses dialog, yang isinya men-dialogkan masalah kita bersama. Yang kedua, kebersamaan. Saya akan mengajak kepada semuanya saja termasuk kepada semua yang kemarin mendo'a kan saya supaya jadi. Saya minta timbal baliknya, supaya nanti saya juga dido'a-kan supaya saya bisa lurus, dan minta dukungan mereka tidak sekadar do'a, tapi ikut berpartisipasi. Saya merasa optimis, kalau komunikasi terbuka tidak akan terjadi salah pengertian.
Kalau tidak ada salah pengertian, pasti ada toleransi. Kalau ada toleransi, pasti ada partisipasi dan sebagainya. Yang paling penting komunikasi. Medianya...ya nantilah bisa dibicarakan. Termasuk media tidak resmi. Artinya, bisa dengan siapa saja. Sampai hari ini saya merasakan banyak hal-hal. Saya di Depag ngopeni 3.400 orang, saya kadang-kadang tahu permasalahan, hanya karena ketemu di jalan, ngomong-nomong...lalu mereka bilang, kepangkatannya belum turun.
Saya kira itu kata kuncinya, nanti bisa dijabarkan dalam banyak hal. Kita bisa menyiapkan metodenya, kapan ketemu, bentuknya nanti bermacam- macam, termasuk nanti dengan legislatif. Tapi yang jelas, saya ingin menciptakan pemahaman bersama kemudian kita lakukan bersama. Kalau tanggung jawab tidak bisa dibagi, tapi ada di pundak saya, karena saya yang diberi tanggungjawab. Tapi kalau kewenangan, kan bisa bersama-sama.

Drs H Hasyim Afandi, lahir di kota tembakau Temanggung, 1 Juli 1946. Lulus dari Fakultas Ushuludin IAIN Sunan Kalijaga Yogya tahun 1971. Mengawali kariernya di pemerintahan sebagai YMT Kasubsi Lembaga Dakwah (1978) kemudian menjadi Pj Kasie Penais (1979), Kasi Penais (1980), Pjs Kasie Urais 1986), Kasie URais (1989), Kasubag TU (1991). Setahun kemudian, pindah ke Kabupaten Magelang menjadi Kakandepag. Ia juga merangkap menjadi YMT Kakandepag Kabupaten Purworejo. Pernah menjadi Dosen di UNNU Temanggung dan menjadi anggota FKP DPRD Kabupaten Temanggung periode 1987-1989.

T: Banyak yang kwawatir, pola kepemimpinan bapak sama seperti yang diterapkan Golkar, karena dulu bapak orang Golkar?

J: (tertawa). Satu hal yang prinsip ya, saya sadar betul bahwa bupati itu adalah jabatan negara, bukan jabatan karir. Saya akan memegang apa yang pernah diucapkan oleh mantan Presiden Amerika, Kennedy. Saya akan jadi negarawan bukan politikus. Kalau politikus, orang hanya memikirkan golongannya saja, kepentingan interes. Tapi kalau negarawan kan berpikir untuk semuanya. Jadi saya akan berpikir, memperhatikan mengajak semuanya saja. Saya sadar betul, saya bukan bupatinya satu golongan, partai atau satu kelompok. Tapi saya bupatinya masyarakat Magelang.

T: Bapak sudah tahu seluk beluk Kabupaten Magelang? J: Ya, dari beberapa sisi-lah, bukan keseluruhan. Paling tidak, yang saya selami lewat jalur agama. Dari jalur agama, saya menangkap aspirasi masyarakat. Jalurnya yang saya pahami, tapi kalau permasalahan, saya harus banyak belajar.

T: Untuk masalah ekonomi?
J: Untuk masalah ekonomi, seharusnya kita harus berpijak pada nilai realitas. Magelang dengan semboyan Gemilang (Gemah Ripah) menunjukkan potensi alamiahnya. Sumber daya alam yang sangat tinggi. Jadi menurut hemat saya, kalau kita mau mengembangkan ekonomi di daerah, kita harus bisa menjadikan pertanian menjadi pola dukung pertanian dalam arti yang luas. Pola pertanian tidak hanya menanam, mencangkul. Tapi juga harus menigkatkan SDM-nya, seperti agrobisnisnya, agroindustrinya...semuanya diolah.

T: Masalah pendidikan?
J: Di Magelang masih banyak yang drop out. Bahkan sekitar 80 persen hanya tamat SD. Ini berkaitan dengan kecakapan tenaga kerja mereka. Ini juga harus dipikirkan.
Drs H Hasyim Afandi memiliki 6 orang putra dari dua istri. Istri pertama (almarhum) meninggalkan 3 orang putra. Kemudian menikah lagi dengan Lies Daryati, guru SD yang membawa tiga orang putra. Keenam putra-putri itu: M Helmi Syarif, Fitri Nadya dan M Helman Taufani. Kemudian Ikhda Misbachudin AR, Toriq Khiurulloh AR dan Arini Zakiya AR.
Bersama-sama putra-putrinya, Hasyim mengaku tak pernah membeda- bedakan. Ia bahkan sangat akrab dengan mereka, karena ia menerapkan sikap demokrasi di keluarganya. "Kalau saya bersalah, saya siap dikritik oleh anak-anak," katanya. Bahkan ketika tahu ia dicalonkan sebagai bupati, anak-anaknya malah menggoda. "Wah, aku ditukoke sepatu anyar bakale," kata Hasyim menirukan anaknya. Ia juga membangun mental pada anak-anaknya, untuk tidak terlalu berbangga bila ayahnya menjadi bupati. "Saya selalu menekankan pahitnya saja. Tidak pernah yang muluk-muluk," tandasnya.

Hasyim Afandi ikut Sepala di Depag LAN (1980) dan Sepadya di Depag LAN (1993). Duduk di bagian OKK PP Golkar Temanggung (1983-1988), Wakil Ketua Golkar Temanggung (1988-1993), Wakil Ketua Bazis Temanggung (1984- 1992), Wakil Ketua Golkar Kabupaten Magelang (1993-1998), Wakil Ketua Bazis Magelang (1994) serta menjabat sebagai ketua Yayasan Ngudi Mulyo 1997 hingga kini. (*)