06/07/08

Makna dibalik Kemenangan Hasyim Budi

Makna dibalik Kemenangan Hasyim-Budi
(catatan Pilkada Temanggung)

Golkar boleh kalah dalam pertarungan Pemilihan Gubernur (pilgub) Jateng, tapi di Temanggung, Jawa Tengah partai ini justru berhasil memenangkan pertarungan kursi bupati.

Sekalipun KPUD Temanggung baru akan mengumumkan hasil akhirnya tanggal 30 Juni 2008 nanti, namun dari penghitungan akhir kandidat yang diusung oleh Partai Golkar dan PAN, Drs Hasyim Afandi dan calon wakilnya, Ir Budiarto MT dipastikan menduduki kursi Bupati Temanggung periode 2008-2013.

Dari KPUD dilaporkan, pasangan Hasyim Afandi-Budiarto (HB) memperoleh 145.323 suara (35%). Diikuti oleh Bambang Sukarno-Fuad Hidayat (BF) yang memperoleh 138.300 suara (33,4%). Sedangkan calon incumbent Mukhamad Irfan-Setyo Adji (IA) memperoleh 130.378 suara (31,5%). Persentase dihitung dari jumlah surat suara yang masuk sampai hari rabu 25 Juni, sebanyak 412.898 surat suara.

KPUD temanggung juga mencatat, partisipati pemilihan bupati di Temanggung berjumlah 412.898 suara dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) 555.032, berarti terdapat selisih sebesar 142.134 atau 25,6 % dari DPT.

Pasangan HB yang diusung Partai Golkar dan PAN memiliki bekal suara dari basis pemilu 2004 lalu dengan angka pemilih 90.834 suara/11 kursi/21,33% dan PAN dengan 35.651 suara/5 kursi/8,87%. Sedangkan kompetitornya, Bambang Sukarno-Fuad Hidayat (BF) dari koalisi PDIP berbekal 79.093 suara/10 kursi/18,87% dan PKB 54.807 suara/6 kursi/12,82%.

Sementara pasangan Mukhamad Irfan dan Setyo Adji yang diusung oleh PPP, PD, PKS, berbekal suara dari PPP 72.514 suara/8 kursi/ 17,08%; PD 22.189 suara/1 kursi/5,2%; PKS 20.931 suara/4 kursi/ 4,91%.

Kualitas personal

Pada pemilu 2004, di luar parpol yang mendapat kursi tersebut ada sejumlah partai gurem yang mampu mengumpulkan suara 48.852 suara atau 11,51%.

Jika mengikuti tren pilkada yang berkembang di Indonesia akhir-akhir ini, maka pasangan HB memang layak mendapat kemenangan. Kualitas sosok Hasyim Afandi sebagai mantan bupati Magelang yang sukses dan bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), serta kualitas kecendekiawanannya membuat rakyat berbondong-bondong menjatuhkan pilihan kepadanya.

Mulanya Hasyim Afandi memang diragukan karena kurang popularitas di desa-desa dibanding Irfan, sang Bupati dan Bambang Karno, sang Ketua DPRD. Namun berkat kerja keras para relawan yang tulus dan militan untuk memenangkan jagonya menjadikan Hasyim cepat populer.

Berbekal kualitas SDM yang dimiliki Hasyim itulah para relawan merasa terbuka mengampanyekan isu yang paling signifikan dalam mendongkrak suara, yakni anti korupsi dan kesejahteraan.

Kedua isu ini menjadi mantra yang cukup ampuh mengingat rakyat Temanggung sudah cukup bosan dengan perilaku korup bupati sebelumnya, Totok Ary Prabowo yang sudah masuk bui, serta pejabat lain, termasuk Mukhamad Irfan (tersangka korupsi pasar) dan Bambang Sukarno (tersangka kasus korupsi dana pendidikan APBD).

Di luar urusan isu, kualitas personal seorang Hasyim Afandi memang menjadi modal dasar yang kuat. Tawaran terbuka Golkar kepada Hasyim Afandi tanpa kontrak politik uang maupun janji-janji lain pada masa penjaringan Rapat Pimpinan Daerah DPD I dan DPD II Golkar, membuat Hasyim berkenan mengikuti pertarungan ini.

Perlu diketahui, jauh-jauh hari sebelumnya, Hasyim adalah orang yang menolak dicalonkan sebagai kandidat bupati. Alasan moral bahwa kekuasaan mengundang bahaya korupsi membuat sang Ulama ini cenderung memilih bergerak di ranah perjuangan kultural sebagai mubalig. Namun karena desakan para kyai NU-Muhamadiyah dan masyarakat membuat Hasyim ‘terpaksa’ menerima amanat tersebut.

Kalau biasanya kandidat kepala daerah yang miskin uang justru dijauhi pendukung, Hasyim justru sebaliknya. Satu persatu simpatisan datang siap membantu baik tenaga, pikiran maupun uang. Semua didasarkan atas prinsip kesukarelaan.

Tak hanya itu, dari pihak partai Golkar maupun PAN masing-masing personal juga ikut menjadi relawan yang bekerja atas dasar sukarela. Bahkan seorang pengurus DPP Golkar, Bambang Sutrisno,-karena alasan kualitas personal dan integritas moral sosok Hasyim,-juga ikut banyak memberikan perhatian dan membantu secara materi.

Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Sama-sama mengisi kekurangan saat berjuang akhirnya meraih kemenangan. Inilah yang patut dipetik dari Pilkada Temanggung. Kalau biasanya seorang kandidat kepala daerah harus memeras tabungan, bahkan rela menghutang untuk meraih jabatan, kemenangan Hasyim terhindar dari kebiasaan kotor itu.

H. Muhilal, Koordinator Relawan HB mengatakan, "Uang kampanye yang kita dapat semua dari para donatur. Kalaupun personal pak Hasyim dan Pak Budi keluar itu dalam tapal batas kewajaran. Mengenai jumlahnya, diperkirakan tidak mencapai 400 juta.“

Muhilal mengaku kesulitan menghitung biaya kampanye karena banyak sumbangan alat peraga yang berjalan sendiri. Maksudnya, para donatur datang ke HB Centre meminta materi kampanye, lalu mereka mencetak sendiri untuk dibagi-bagikan di wilayah masing-masing.

Menunggu Kiprah Hasyim

Golkar dan PAN boleh bangga dengan kemenangan melalui kampanye simpatik ini. Relawan independen boleh puas karena usahanya tidak sia-sia. Berbagai intrik politik yang dihembuskan kompetitor mampu dibentengi dengan sikap lapang dada dan terus mengedepankan aksi simpatik sepanjang masa kampanye berlangsung.

Kemenangan ini adalah modal dasar membangun Temanggung agar menjadi Kabupaten berdaya setelah pada akhir-akhir ini banyak diwarnai politik kotor. Kondisi kemiskinan yang tak tertanggulangi, lahan pertanian menyempit, industrialisasi yang macet dan sejumlah problem dasar rakyat sudah menunggu tangan gaib Hasyim-Budi. Rakyat dengan segenap harapannya telah menumpahkan kepercayaan kepada Mantan Bupati Magelang 1999-2004 yang dikenal anti korupsi ini.

Temanggung yang dulu kala dikenal kota bersih (peraih Adipura berulang kali) sekarang sudah menjadi kota tanpa prestasi. Rasanya, hanya melalui tangan Hasyimlah mengembalikan kota kecil dan bersih di lereng Gunung Sumbing-Sindoro ini bisa terwujud.

Rakyat sudah terlanjur percaya bahwa tangan Hasyimlah yang akan mampu mengatasi persoalan-persoalan kronisme dan premanisme proyek di Pemda Temanggung yang selama ini berlangsung. Demikian juga dengan urusan investasi, dan urusan mendatangkan dana bantuan yang sifatnya hibah dan karikatif. Melalui kualitas personal Hasyim dengan jaringan para relawan asal Temanggung di kota-kota besar hal-hal seperti itu tidak terlalu sulit diwujudkan.

Hasyim telah menjadi cermin bagi kita, bahwa rakyat tidak bodoh dan tidak selalu membutakan mata pikirannya dengan memilih kandidat berduit. Ada kalanya mereka sadar bahwa pemimpin dengan integritas dan kualitas moral yang menjadi pilihannya.

Partai Golkar dan PAN Temanggung sudah memberikan contoh kepada Indonesia bahwa partai tidak selalu identik dengan kader-kader busuk yang mata duiten. Kedua partai ini telah membuktikan sikap terpujinya dengan menghindari praktek busuk money politics. Nah, daerah lain boleh belajar dari pilkada Temanggung. (MH)