30/11/07

Hasyim takut Neraka




Hasyim Affandi. Nama ini tidak asing bagi telinga orang Parakan, melainkan juga akrab didengar orang se Kabupaten Temanggung dan Magelang. Maklum, selain dikenal sebagai Mantan Bupati Magelang periode 1999-2004, ia juga dikenal sebagai mubalig. Lahir di kampung Besaran Parakan 19 Juli 1946. Putra dari Pasangan Bapak Suhaimin dan Ibu Rohifah ini sekarang menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Temanggung.

Walaupun Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Temanggung akan dilaksanakan tahun 2008 mendatang, namun isu pencalonan Bekas Kepala Departemen Agama Magelang ini sudah santer. “Banyak orang yang menginginkan beliau maju jadi Bupati Temanggung, “ kata seorang tetangganya. Ketika ditanya soal ini, Hasyim sendiri mengiyakan. “Dari teman-teman, tetangga, jamaah pengajian, termasuk kerabat dan bahkan pengurus partai politik di Temanggung pernah menyampaikan kepada saya soal ini,” jawabnya polos kepada Stanplat saat ditemui di rumahnya, kampung Besaran, Jumat 9 Maret lalu.

Anda sendiri sudah bertekad maju?

“Soal itu pertimbangannya begini. Di satu sisi saya memang punya gagasan dan pengalaman yang bisa saya terapkan seandainya saya jadi Bupati Temanggung. Selain itu saya juga harus menghargai harapan baik dari saudara-saudara atas pemberian amanatnya kepada saya untuk maju jadi bupati. Namun, apakah dalam usia setua ini kondisi fisik saya masih memungkinkan? Dengan pertimbangan seperti itu Hasyim memilih santai dalam merespon pencalonan dirinya sebagai Bupati Temanggung 2008 mendatang. “Wong saya ini bukan siapa-siapa. Hidup mengalir begitu saja. Jadi Bupati Magelang sebelumnya juga tidak pernah terpikirkan,”jawabnya merendah.

Sudah lazim diketahui masyarakat bahwa pencalonan Bupati membutuhkan banyak uang. Setiap calon bupati,- apalagi bukan ketua partai politik,- biasanya harus mengeluarkan banyak biaya untuk kampanye maupun menyogok para calo di partai politik. Praktek-praktek menghalalkan segala cara juga lazim dilakukan. Apakah seorang Hasyim Affandi mau melakukan praktek busuk itu ? “Prinsipnya, saya menolak money politik,” jawabnya tegas. Konon, Hasyim selama ini memang dikenal sosok yang bersih dari perilaku suap dan korupsi. Karena perilaku inilah ia dihormati banyak orang sampai sekarang.

Menurutnya, jabatan adalah amanat yang harus dipertanggungjawabkan tidak hanya pada rakyat melainkan pada Tuhan. Karena itu dia merasa aneh melihat banyak orang kepingin jadi penguasa. “Amanat itu beban. Anehnya, sekarang banyak orang mencari amanat. Sampai-sampai harus membeli dengan miliaran rupiah untuk mendapat amanat.”

Benar Anda tidak pernah korupsi saat jadi Bupati Magelang?

“Ya Anda tahu sendirilah. Kursi yang Anda duduki itu saya beli dengan cara ngredit saat saya menjadi pegawai Depag dulu….,” ujarnya sambil terkekeh menunjuk kursinya yang mulai kusam. “Pokoknya saya tidak mau menerima harta yang subhat (tidak jelas asal muasalnya). Saya menerima harta, ya dari gaji itu saja.” Hasyim juga mengakui pernah berniat mundur dari jabatan Bupati Magelang memasuki masa jabatan dua tahun.

“Jadi penguasa itu mingkrik-mingkrik neraka dik. Makanya saya menolak tawaran menjadi Bupati Magelang dua periode. Lah wong setahun jadi Bupati saja godaannya besar. Saya takut kecebur neraka.”

Ia menambahkan, “saya malu dengan Gusti Allah. Setiap hari saya berdoa minta dijauhkan dari api neraka, tapi dalam praktek keseharian malah mingkrik-mingkrik dipinggir jurang neraka.”

***
Semenjak menyelesaikan tugasnya menjadi Bupati Magelang, Hasyim menjaga jarak dari area politik. Ia kembali ke tengah masyarakat, mengurus Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Parakan dan menjadi Ketua MUI Cabang Temanggung. Bergaul dengan masyarakat bawah adalah kebahagiaan yang tidak bisa diukur dengan materi.

MI yang sedang dikelola bersama rekan-rekannya di kampung Besaran itu kelak ingin dihidupkan sebagai MI unggulan. Dengan menerapkan proses pendidikan dan pembelajaran yang rasional, Hasyim berharap para siswa MI semakin baik kualitas sumberdaya manusianya. Ia pun berharap kepada masyarakat agar mencintai dunia buku. Usaha menggalakkan minat baca, menurut Hasyim harus dimulai dengan manajemen yang mudah. Jika kebanyakan birokrat berpikir, “kalau bisa dibuat susah kenapa dibuat mudah,” Hasyim justru sebaliknya, “kalau bisa dibuat mudah kenapa harus dibuat susah?”.

“Beredar bacaan gratis seperti Stanplat bagus. Karena dengan begitu masyarakat mudah mendapatkan bacaan. Cuma, sampai kapan Stanplat mampu beredar gratis?” tanyanya.

Karena itu ia menyarakan agar Stanplat dijual dengan model subdisi silang. Maksudnya, sebagian orang yang mampu beli diharapkan membayar. Dengan begitu secara tidak langsung orang yang mampu mensubsidi orang yang tidak mampu. Selama menjabat Bupati Magelang, Hasyim dikenal giat menggalakkan perpustakaan. Hasilnya, Pemda Magelang sampai sekarang memiliki perpustakaan keliling dan taman Bacaan di Muntilan. Ia pun menaruh harapan agar Bupati Temanggung memperhatikan masalah peningkatan minat baca masyarakatnya.

“Kalau saya Bupati Temanggung, itu perpustakaan di Kowangan akan saya pindahkan ke tempat Strategis di kota supaya masyarakat mudah membaca. Kowangan itu bukan tempat strategis. Orang pasti malas datang ke sana, “katanya.(Faiz Manshur - Stanplat edisi 09, bulan April 2007)