30/08/08

Kisah para Juragan tembakau

Di Parakan, para juragan tembakau punya kisah tak kalah heroik. Pada tahun 2000, pasangan Tumari (55) dan Lukito (64) mendirikan toko swalayan SAE, diikuti Waroeng Gazebo, semacam kafe modern dengan menu Barat maupun oriental, dua tahun lalu.

Mereka juga punya usaha penjualan telepon seluler dan pulsa prabayar di beberapa kecamatan di Kabupaten Temanggung, resto waralaba, serta pusat kebugaran yang baru dibuka beberapa bulan terakhir ini.

”Semua dikelola anak-anak,” ujar Tumari, ibu enam anak.

Sebelum melakukan diversifikasi, usaha utama pasangan itu adalah berdagang tembakau, yang dilakukan sejak pernikahan mereka 38 tahun lalu.

Mereka bukan pemilik ladang tembakau, tetapi pedagang yang membeli tembakau dari petani di sejumlah kecamatan di Kabupaten Temanggung untuk dijual lagi ke grader perusahaan rokok Gudang Garam dan Djarum. Dengan tembakau, pasangan itu mampu menyekolahkan enam anak mereka ke Melbourne, Australia.

Selain tembakau, pasangan itu juga berdagang jagung. Setiap hari mereka membeli 100-an ton jagung dari petani dan pengepul di Weleri dan Boja, Kabupaten Kendal, untuk dijual di pabrik pakan ternak di Semarang.

Perubahan

Diversifikasi usaha dipahami beberapa pedagang tembakau sebagai langkah strategis. Dinamika pasar tembakau lumayan bergejolak, sementara ongkos produksi membengkak. Cuaca makin tidak menentu sehingga kualitas tembakau sulit dijaga.

Hal itu pula yang menjadi pertimbangan pasangan Ismail Masech dan Masichah ketika membuka toko busana muslim Al-Azhar saat menangguk untung lumayan dari tembakau pada awal tahun 1980-an. Toko di pusat kota Parakan itu lambat laun justru menjadi penghasil utama ekonomi keluarga dengan tiga anak itu.

Ketika usaha itu semakin maju, Ismail menyerahkan sepenuhnya pengelolaan toko kepada Masichah, yang pada masa mudanya terbiasa berdagang gula dan kelapa. Sementara Ismail tetap berkonsentrasi ke tembakau.

Sejak pertama dibuka, Al-Azhar sudah menjadi semacam trendsetter busana muslim di kota kecil itu. Ketika di Jakarta sedang musim jilbab ala Teh Ninih (istri Aa Gym), ia buru-buru menjual kerudung dengan mode serupa.

Saat ini, misalnya, sedang musim kerudung Munajat Cinta, setelah demam kerudung Ayat-ayat Cinta dan Gelombang Cinta.

”Untung waktu itu saya berani memutuskan buka toko barang- barang yang tidak busuk. Banyak teman saya jatuh karena menyandarkan hidupnya hanya pada dagang tembakau,” kata Ismail. (IVV/MH)


Minggu, 31 Agustus 2008 | 03:00 WIB



Tidak ada komentar: